Amanat Agung

|
Kegigihan tokoh Kristen menolak SKB menteridalam negeri dan Menteri Agama serta mendesak
pemeri-ntah RI untuk mencabutnya, karena merasa mendapatkan Amanat Agung dari Yesus seperti yang tertulis pada Injil karangan Matius: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20)

“Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil
kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan
dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak
percaya akan dihukum.” (Markus 16:15-16)
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh
Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kisah Rasul
1:8)
Sebenarnya, Injil Matius pasal 28 berakhir pada
ayat 15, sedangkan lima ayat berikutnya, Matius
28:16-20, adalah ayat-ayat yang baru ditambahkan
oleh Gereja kemudian. Mereka yang dikaruniai akal
sehat yang membaca pasal 28 ini dengan cermat
akan segera mendeteksi bahwa Injil Matius 28:15
merupakan penutup Injil Matius. Sebenarnya, Injil
Matius pasal 28 berakhir pada ayat 15, sedangkan
lima ayat berikutnya, Matius 28:16-20, adalah
ayat-ayat yang baru ditambahkan oleh Gereja
kemudian. Mereka yang dikaru-niai akal sehat
yang membaca pasal 28 ini dengan cermat akan
segera mendeteksi bahwa Injil Matius 28:15
merupakan penutup Injil Matius.
“Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti
yang dipesankan kepada mereka. Dan cerita ini
tersiar diantara orang Yahudi sampai saat
ini” (Matius 28:15)
Kata-kata yang dicetak miring di atas, “ cerita ini
tersiar sampai saat ini” menunjukkan bahwa
peristiwanya sudah lama berlalu. Ini
memperlihatkan bahwa Injil ini sudah lama selesai
ditulis. Cerita ini sudah menjadi cerita rakyat yang
terus dipupuk selama puluhan tahun, baru
kemudian ayat 16-20 ditambahkan.Kata-kata yang
dicetak tebal di atas, “cerita ini tersiar sampai saat
ini” menunjukkan bahwa peristiwanya sudah lama
berlalu. Ini memperlihatkan bahwa Injil ini sudah
lama selesai ditulis. Cerita ini sudah menjadi cerita
rakyat yang terus dipupuk selama puluhan tahun,
baru kemudian ayat 16-20 ditambahkan.
Namun karena Gereja ingin menambahkan doktrin
keimanan mereka dalam Injil, sehingga tanpa
malu-malu mereka menambahkan ayat-ayat palsu
tersebut, walaupun akhirnya janggal di kuping yang
mendengarnya. Namun karena Gereja ingin
menambahkan doktrin keimanan mereka dalam
Injil, sehingga tanpa malu-malu mereka
menambahkan ayat-ayat palsu tersebut, walaupun
akhirnya janggal di kuping yang mendengarnya.
Mengenai ayat-ayat palsu yang baru
ditambahkan oleh Gereja ini, Hugh J. Schonfield ,
nominator pemenang Hadiah Nobel tahun 1959,
dalam bukunya The Original New Testament,
Element Books, Ringwood, 1998. hal. 124.
mengatakan sebagai berikut: Mengenai ayat-ayat
palsu yang baru ditambahkan oleh Gereja ini, Hugh
J. Schonfield, nominator pemenang Hadiah Nobel
tahun 1959, dalam bukunya The Original New
Testament, mengatakan sebagai berikut:
“This (Matthew 28:15) would appear to be the end
of the Gospel (of Matthew). What follows (Matthew
28:16-20) from the nature of what is said, would
then be a latter addition.”
(Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup
Injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat
selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan
isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang baru
ditambahkan kemudian).
Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru,
Universitas Harvard, dalam bukunya The Five
Gospels, The search for the Authentic Words of
Jesus , Macmillan Publishing Company New York,
1993, hal. 127, mengomentari ayat-ayat tambahan
ini sebagai berikut:Robert Funk, Professor Ilmu
Perjanjian Baru, Universitas Harvard, dalam
bukunya The Five Gospels, mengomentari ayat-
ayat tambahan ini sebagai berikut:
“The great commission in Matthew 28:18-20 have
been created by the individual evangelist... reflect
the evangelist idea of launching a world mission of
the church. Jesus probably had no idea of
launching a world mission and certainly was not
the institution builder. (It is) not reflect direct
instruction from Jesus.”
(Perintah utama dalam Matius 28:18-20...
diciptakan oleh para penginjil ... memperlihatkan ide
untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh
dunia. Yesus sangat mungkin tidak memiliki ide
untuk mengajarkan ajarannya ke seluruh dunia dan
(Yesus) sudah pasti bukan pendiri lembaga ini
(agama Kristen). (Ayat ini) tidak menggambarkan
perintah yang diucapkan Yesus).
Ada bukti-bukti yang mendukung kebenaran
pernyataan Schonfield dan Robert Funk mengenai
kepalsuan ayat itu:
Pertama, Seandainya Yesus pernah mengatakan
seperti yang tertulis pada pada 28:19-20, niscaya
murid-murid Yohanes yang otomatis juga menjadi
pengikut Yesus juga mengerti dan memahami
tentang Roh Kudus yang dimak-sudkan oleh
Paulus. Sebab menurut cerita Injil karangan Matius
sendiri, sesudah Yesus dibaptis oleh Yohanes, Roh
Kudus dalam bentuk merpati turun mendekati
keduanya yang disaksikan oleh murid-murid
Yohanes:
“Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air
dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia
melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke
atasnya.” (Matius 3:16)
Jika ayat Matius 28:19 itu benar, mengapa murid-
murid Yohanes yang setia kepada Yesus tidak
mengenal Roh Kudus yang menjadi salah satu
oknum Trinitas. Mengapa Yesus tidak pernah
mengajari tentang Roh Kudus kepada murid-murid
pertamanya, padahal ini merupakan dasar
keimanan kepada Tuhan. Anehnya, justru
sebaliknya Yesus lebih suka mengajari Paulus.
Apakah Yesus tega menelantarkan murid-
muridnya dalam hal keimanan, dan lebih menyukai
Paulus yang dulu musuh bebuyutannya untuk
mendapat amanat mengajarkan keimanan? Yang
pada akhirnya terjadi bentrokan antara murid-
murid Yohanes dengan Paulus, seperti diceritakan
oleh Kisah Rasul berikut ini:
“Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah
menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di
Efesus. Di situ didapati-nya beberapa orang murid.
Katanya kepada mereka: “Sudahkah kamu
menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi
percaya?” Akan tetapi mereka menjawab dia:
“Belum, bahkan kami belum pernah mendengar,
bahwa ada Roh Kudus.” Lalu kata Paulus kepada
mereka: “Kalau begitu dengan baptisan manakah
kamu telah dibaptis?” Jawab mereka: “Dengan
baptisan Yohanes.” (Kisah Rasul 19:1-3)
Jerry Falwell, tokoh Kristen radikal Amerika
serikat dalam Liberty Bible Commentary menafsiri
ayat Kis.19:1-3 sebagai berikut:
“Paul’s two-year stay at Ephesus was marked by
three noteworthy events. The first was
confrontation with the disciples of John who had
not heard whether there be any Holy Ghost (vs.2).
These followers of John’s preaching had believed
the truth that John had proclaimed but had not yet
been informed of the full message of the Gospel
including the coming of the Holy Spirit at
Pantecost. Several questions arise in relation to
this incident.”
“Paulus tinggal di Efesus sekitar 2-3 tahun yang
ditandai dengan tiga peristiwa penting. Pertama,
konfrontasi dengan murid-murid Yohanes
Pembaptis yang belum pernah mendengar tentang
adanya Roh Kudus (ay.2). Para pengikut Yohanes
mempercayai kebenaran yang telah dinyatakan
oleh Yohanes, tetapi belum pernah menyampaikan
seluruh pesan-pesan Injil, termasuk tentang
datangnya Roh Kudus pada hari Pantekosta.
Beberapa pertanyaan muncul yang berkaitan
dengan peristiwa ini.”
Kedua, ketika konsili Nikea tahun 325 M.
berlangsung perdebatan sengit antara kelompok
Athanasius yang cenderung pada konsep Trinitas
dengan kelompok Arius yang menolak Yesus
sama dengan Tuhan Bapa, apalagi ketuhanan Roh
Kudus. Setelah pengesahan ketuhanan Yesus
terjadi kerusuhan yang menelan korban lebih dari
satu juta jiwa. Seandainya ayat Matius 28:19-20
sudah ada pada tahun 325, mengapa mereka
bentrok dengan menelan korban begitu besar, yang
jumlah 10 kali lipat korban bencana Tsunami di
Aceh?
Ketiga, Mesir terkenal dengan kebudayaan dan
pening-galan purbakala yang mengagumkan.
Tuhan ibu yang disembah oleh orang Mesir adalah
Isis yang mempunyai anak bernama Horus. Karena
Horus juga disembah sebagai Tuhan, maka
otomatis Isis menyandang gelar sebagai “Ibu
Tuhan”. Isis sebagai Tuhan Ibu bersama Horus di
pangkuan-nya menjadi figur yang sangat popular.
Gambar dan patung Ibu Tuhan bersama anaknya
ini kemudian diterima dan diresmikan oleh para
pemimpin gereja sebagai lambang dari bunda Maria
dan anaknya, Yesus.
Isis, Dewi kesuburan Mesir dilukiskan sebagai
seorang ibu yang berdiri di atas bulan sabit dan
bintang-bintang yang mengelilingi kepalanya.
Gambar ini kemudian dianut oleh seluruh gereja di
Eropa yang memperlihatkan bunda Maria dalam
pose seperti itu. Dalam perluasan wilayah Kristen
selanjutnya. Patung-patung Isis dan anaknya
Horus, yang tersebar di mana-mana, oleh gereja
kemudian tinggal dirobah namanya menjadi Maria
dan Yesus.
Bunda Maria kemudian menduduki posisi yang
makin lama makin penting. Patungnya menempati
posisi yang utama di dalam Gereja. Penyembahan
kepadanya menjadi tidak kalah penting dengan
penyembahan terhadap Yesus. Tokoh-tokoh gereja
sedunia bertemu di Konsili Efesus tahun 431 M,
mengesahkan bunda Maria sebagai Teotokos (Ibu
Tuhan). Inilah penyembahan yang dilakukan oleh
umat Kristiani yang menyebar di seluruh Kerajaan
Romawi sampai ke Arab dan Afrika.
Bagian dari SK pengangkatan bunda Maria sebagai
Ibu Tuhan, diperlihatkan oleh Tony Lane, dalam
bukunya Christian Thought, 1984, halaman 46.
“According to this understanding of the
unconfused union, we confess the holy virgin to be
theotokos, because God the Word was incarnate
and become man and from his conception itself
united to himself the temple that he took from her.”
(Berdasarkan pengertian tentang kesatuan yang
tidak meragukan ini, kita menyatakan perawan
yang suci (Maria) sebagai ibu Tuhan, karena Tuhan
Firman berinkarnasi dan menjadi manusia dan dari
kelahirannya sendiri, tubuh kasar yang diwarisi
dari Maria bersatu dengannya)
Al-Qur’an menjadi monumen sejarah bagi Kristen
yang pernah mempertuhankan Bunda Maria:
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa
putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
manusia, jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan
selain Allah?…” (al- Maidah:116)
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan,
Kristen pada konsili Efesus tahun 431 M. baru
merumuskan Tuhan Bapak (Allah), Tuhan Ibu
(Bunda Maria) dan Tuhan Anak (Yesus). Roh Kudus
belum dimasukkan dalam sistem Trinitas.
Konsili di Konstantinopel tahun 722 M. Gereja
meleng-serkan (memecat) Bunda Maria dalam
sistem Trinitas, kemudian diganti oleh figur Roh
Kudus. Jika ayat Matius 28:19-20 itu sudah ada
pada tahun 431 Masehi, mengapa Bunda Maria
termasuk oknum dalam Trinitas? Mengapa
sebelum tahun 722 M, Roh Kudus belum
dirumuskan sebagai salah satu oknum Trinitas?
Inilah sebagai bukti pendukung pendapat yang
menyatakan bahwa Matius 28:19-20 itu tidak
pernah diucapkan oleh Yesus, dan tidak pernah
ditulis oleh pengarang Injil Matius.
Powered by Blogger.